Rabu, 07 November 2018

KERAJINAN LILIN

Kerajinan Lilin

Lilin banyak digunakan sebagai alat penerangan sementara ketika listrik mengalami pemadaman. Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri atas sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat.Menurut seja rah, sebelum abad ke-19, bahan bakar yang terkandung di dalam lilin adalah lemak sapi yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin. Penerangan listrik sudah hampir merata di setiap daerah. Hal ini mengakibatkan lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya.
 
Lilin sangat cocok untuk dibuat barang kerajinan karena sifat lilin yang mudah dibentuk. Pembuatan kerajinan bahan dasar lilin cukup sederhana dan mudah, dapat dilakukan oleh semua orang. Yang perlu diperhatikan adalah keselamatan kerja karena lilin bisa membahayakan. Jika kita akan mengubah bentuknya menjadi benda kerajinan yang unik, tentunya perlu dicairkan dengan proses pemanasan di atas kompor. Lilin cair panas ini jika terkena bagian tubuh kita dapat mengakibatkan lepuh, sebaiknya hati-hati pada saat menggunakan lilin cair. 
 
Bahan utama dari kerajinan lilin adalah lilin lebah, parafin, dan silikon fiber untuk cetakan. Alat yang digunakan adalah cetakan, kompor, panci, wadah/loyang aluminium, pengaduk, dan pewarna lilin (dapat pula digunakan krayon). Ketika mempraktikkan pembuatan kerajinan dari lilin, gunakan celemek agar lilin tidak mengotori pakaian. Dan yang lebih penting adalah menjaga keselamatan diri sendiri dan juga orang lain pada saat membuat kerajinan tersebut,
1) Bahan dan Alat Kerajinan Lilin Hias
alat dan bahan
Bahan dan Alat: (a) lilin lampu, (b) parafin, (c) benang katun, (d) cetakan silikon, (e) wadah cetakan, dan (f) panci serta kompor. Lilin dan parafin merupakan bahan utama dalam pembuatan kerajinan berbahan dasar lilin. Panci dan kompor digunakan untuk mencairkan bahan lilin padat.
 
3) Langkah-Langkah Pembuatan Kerajinan dari Lilin
  • Untuk membuat kerajinan berbahan dasar lilin langkah pertama adalah mencairkan lilin. Untuk mencaikan lilin dilakukan dengan cara masukkan lilin dan parafin ke dalam panci. Nyalakan kompor dan panaskan lilin dalam panci. Tunggu hingga lilin dan parafin mencair.
  • Setelah cair, lilin dapat diberi pewarna cair/bubuk. Aduk-aduk supaya warna tercampur merata.
  • Siapkan cetakan seperti: gelas, kulit telur atau wadah/loyang kue, dapat juga cetakan dibuat dari silikon fiber. Cara membuat cetakan silikon seperti membuat cetakan untuk fiberglass yaitu olesi permukaan model dengan polish atau sabun krim secara merata. Model lalu diolesi cairan silikon hingga berlapis-lapis, keringkan, lalu cetakan yang terbuat dari silikon rubber siap dilepas dari modelnya.
  • Masukkan tali/benang katun yang sudah dicelupkan cairan lilin dan sudah mengeras ke dalam cetakan pada posisi tengah. (jika perlu gunakan lidi).
  • Tuang lilin cair ke dalam cetakan dan tunggu hingga dingin dan kering.
  • Lilin dapat dicopot dari cetakan.
 
Share:

GIPS

Cara Membuat Gipsum

Kerajinan gypsum bisa juga menjadi alternative usaha untuk yang mencari peluang usaha. Dibanding dengan Keramik gipsummemiliki keunggulan karena tidak perlu proses pembakaran, dibanding dengan fiberglass bahan gipsum lebih murah.
Sedangkan kerajinan berbahan dasar gipsum bahannya murah serta mudah didapat dan pembuatannya mudah.
Berbagai bentuk kresasi yang bisa dihasilkan dari gypsum sudah sering kita lihat dipasaran antara lain: celengan gypsum, boneka macam –macam bentuk, frame photo atau pigura foto dari gypsum, souvenir kecil-kecil misal tempelan kulkas, tempat tusuk gigi, gantungan baju , dekorasi ornament gypsum untuk hiasan rumah, dsb.
Tapi gypsum juga memiliki kelemahan yaitu mudah pecah/rusak/patah.
Bahan membuat gipsum : tepung  gipsum , air,  serat, resin, calsium
Alat-alat membuat gipsum : wadah, pengaduk , timbangan, gelas ukur, cetakan
Cara membuat gipsum  : untuk membuat souvenir aduk gypsum dan air lalu masukkan dicetakan biarkan kering bisa dengan panas matahari atau dioven, untuk membuat gypsum untuk ornament rumah agar hasil lebih kuat adonan bisa dicampur resin, semen putih, calcium bahan tersebut dicampur semua diaduk masukkan di cetakan.
Setelah semua kering baru di cat, sesuai dengan permintaan warna.
Untuk Membuat Kerajinan Gipsum dibutuhkan cetakan, untuk cetakan ada pelajaran yang bisa dipelajari khusus untuk membuat cetakan/moulding.
Biaya kursus Rp. 350.000,– (tiga ratus lima puluh ribu rupiah), sudah termasuk bahan praktek
Anda akan belajar membuat semuanya langkah demi langkah akan kami ajarkan. Digaransi sampai bisa. Bila tidak bisa anda dapat bertanya-tanya lagi sampai bisa. Gratis tanpa biaya.
Untuk pembelian silahkan Transfer ke BCA SURABAYA No. Rekening no.4681134101 An: Asri Hartani/ Rekening BCA 0884833244 An: Rudy Tjendra
Setelah Anda Transfer silahkan Konfirmasi disini >> Contact Us
Untuk Pembelian VCD silahkan isi Subject Konfirmasi lalu isi nya VCD apa saja yang anda beli. kemudian Nama dan Alamat Anda dan jangan Lupa Kota Anda.
atau anda sms ke 08175043008 An : Asri Hartani disertai materi VCD yang dibeli + Nama dan Alamat Anda dan Jangan Lupa Kota Anda.
Bila anda masih ada pertanyaan silahkan lihat pertanyaan orang pada dasarnya : di FAQ klik disini >> Faq

Halaman ini biasanya ditemukan di Google dengan Kata Kunci :

Share:

BAHAN SERAT

Produk-Produk Kerajinan dari Serat Tumbuhan dan Hewan (Alat Untuk Memproduksi Kerajinan Serat)

Produk kerajinan yang dihasilkan dari bahan serat tumbuhan dan hewan sangat banyak dan mudah didapat. Namun ada pula serat buatan yang dihasilkan dari berbagai bahan campuran, yang juga menghasilkan produk kerajinan yang kreatif seperti kain. Identifkasilah di daerah tempat tinggalmu, adakah serat alam tumbuhan atau hewan serta serat buatan yang ada di daerahmu. Produk kerajinan apa yang dihasilkan dari ketiga bahan tersebut?

1. Produk Kerajinan Serat Tumbuhan
    Pernahkah kamu melihat kerajinan yang menggunakan bahan dasar daun. Daun yang digunakan sebagai produk kerajinan disebut dengan serat alam. Serat alam yang biasa digunakan di antaranya daun eceng gondok, daun pandan, daun jagung, daun pisang atau pelepah pisang, daun kelapa/janur, daun lontar, daun pandan, dan daun pohon gebang. Selain daun ada juga akar, biji, dan batang.
Apakah di daerahmu menghasilkan banyak daun semacam ini? Pernahkah kamu melihat eceng gondok yang biasa tumbuh di air? Enceng gondok termasuk jenis tanaman pengganggu. Namun bagi warga daerah tertentu seperti di Kulonprogo, Yogyakarta enceng gondok menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. Daerah ini menjadi sentra kerajinan tangan dari enceng gondok. Selain eceng gondok, masih banyak lagi produk kerajinan dari bahan serat alam ini sudah digeluti oleh pengrajin di beberapa daerah.
a. Bahan Serat Tumbuhan
    Di bawah ini merupakan bahan serat alam dari tumbuhan yang dapat diolah menjadi produk kerajinan. Pengolahan yang dilakukan cukup sederhana yaitu dikeringkan secara alami dengan sinar matahari langsung.
Baca juga:
    Bahan-bahan serat alam dapat menghasilkan produk kerajinan tangan yang beraneka ragam, misalnya tas, dompet, topi, alas meja, dan tempat lampu. Teknik pembuatan kerajinan dari serat alam ini sebagian besar dibuat dengan cara di anyam. Namun, ada juga yang menggunakan teknik tempel atau jahit. Sedangkan proses persiapan pembuatan bahan baku yang digunakan biasanya dengan cara dikeringkan secara alami menggunakan sinar matahari langsung. Untuk menghindari jamur, bahan serat alam harus direndam dahulu dalam waktu tertentu dengan larutan natrium benzoat atau zat pengawet lainnya sehingga bahan serat alam dapat tahan lama tanpa jamur.
b. Alat Produksi Kerajinan Serat Tumbuhan
Alat Untuk Produksi Kerajinan Serat Tumbuhan
 Peralatan yang dapat digunakan untuk mengolah daun atau serat alam.
a. gunting,
b. cutter,
c. pisau,
d. lem tembak, dan
e. jarum jahit.
Baca juga:


    Alat yang digunakan untuk membuat produk kerajinan dari bahan serat alam cukup banyak. Peralatan digunakan sesuai kebutuhan. Peralatan di bawah ini hanya sebagian saja dari aneka peralatan yang dapat digunakan untuk membuat produk kerajinan dari bahan daun atau serat alam. Identifkasilah peralatan lain yang dapat membantu pekerjaan pembuatan kerajinan. Ada pula peralatan berat yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan tertentu, seperti mesin jahit, mesin tenun, mesin pemisah sabut kelapa, dan aneka mesin lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan bahan serat alam.
Mesin untuk mengolah Kerajinan Serat Tumbuhan
 Mesin yang dapat digunakan untuk mengolah daun atau serat alam.
a. mesin jahit untuk teknik jahit,
b. Alat tenun untuk menenun,
c. mesin pemisah sabut kelapa.
c. Produk Kerajinan dari Serat Tumbuhan
    Pembuatan produk kerajinan bahan serat tumbuhan, baik yang dibuat sebagai bahan baku tekstil ataupun yang dibuat sebagai fungsional memiliki prosedur yang berbeda. Bahan serat alam yang berasal dari serat/sabut kelapa dapat diproduksi sebagai keset, atau bahkan sebagai isi bantal. Bahan serat alam dari daun/pelepah pisang, pandan, atau eceng gondok dapat diproduksi menjadi berbagai bentuk kerajinan yang memiliki fungsi pakai dan juga fungsi hias dengan menggunakan teknik anyam. Di bawah ini adalah contoh hasil kerajinan dari serat alam tersebut :
Produk-Produk Kerajinan dari Serat Tumbuhan
 Produk kerajinan dari;
a. pelepah pisang,
b. eceng gondok,
c. pandan,
d. rumput lingi, dan
e. rumput ketak.

2. Produk Kerajinan Serat Hewan
    Pernahkah kamu melihat kerajinan yang menggunakan bahan dasar serat hewan. Serat hewan yang biasa dibuat untuk bahan dasar kerajinan adalah bulu domba, serat ulat sutra, bulu biri-biri, dan kulit hewan. Apakah di daerahmu menghasilkan banyak semacam ini? Pernahkah kamu melihat bulu domba? Bulu domba memiliki ketebalan yang cukup untuk dibuat kerajinan fesyen seperti shal, baju hangat, kaos kaki, rompi, topi, sepatu, dan tas. Ada pula yang dibuat menjadi sarung bantal kursi, dan taplak. Daerah penghasil bulu domba sebagai produk kerajinan di antaranya Tapos Indramayu. Perajin daerah ini menyulap bulu domba menjadi hiasan yang menarik dan kreatif. Masih banyak lagi
produk kerajinan dari bahan serat hewan ini sudah digeluti oleh pengrajin di beberapa daerah, melihat semakin variatifnya minat masyarakat.
a. Bahan Serat Hewan
    Di bawah ini merupakan bahan serat dari hewan yang dapat diolah menjadi produk kerajinan. Pengolahan yang dilakukan cukup sederhana yaitu dikeringkan secara alami dengan sinar matahari langsung. Bahan-bahan serat hewan dapat diolah dengan berbagai cara dan dilakukan dengan beberapa tahap pengolahan, seperti pencukuran, pembersihan dengan cara pencucian, pengeringan, dan kemudian dipintal. Hasil dari pemintalan diperoleh benang yang dapat dijadikan sejumlah produk yang bernilai jual tinggi. Produk yang dihasilkan dari bulu domba sering diolah dengan teknik tenun. Serat bulu domba atau wol memiliki kelebihan di antaranya berat, hangat, dan halus. Oleh sebab itu, bahan serat ini cocok dimanfaatkan sebagai produk fesyen.
b. Alat Produksi Kerajinan Serat Hewan
Alat Untuk Produksi Kerajinan Serat Hewan
 Peralatan yang dapat digunakan untuk mengolah daun atau serat alam.
a. gunting,
b. alat pencukur bulu,
c. baskom dan
c. jarum jahit.
Baca juga:


    Alat yang digunakan untuk membuat produk kerajinan dari bahan serat alam cukup banyak. Peralatan digunakan sesuai kebutuhan. Peralatan di bawah ini hanya sebagian saja dari aneka peralatan yang dapat digunakan untuk membuat produk kerajinan dari bahan serat hewan. Identifkasilah peralatan lain yang dapat membantu pekerjaan pembuatan kerajinan. Ada pula peralatan berat yang diperlukan dalam pembuatan kerajinan tertentu, seperti alat pintal dan alat penggulung benang. Alat tersebut dapat dibuat dalam bentuk tradisional.
Mesin untuk mengolah Kerajinan dari serat hewan
 Mesin yang dapat digunakan untuk mengolah serat hewan
a. mesin pemintalan,
b. Mesin penggulung benang hasil pemintalan.
c. Produk Kerajinan dari Serat Hewan
   Pembuatan produk kerajinan bahan serat hewan, baik yang dibuat sebagai bahan baku tekstil ataupun yang dibuat sebagai fungsional memiliki prosedur yang berbeda. Bahan serat hewan dari sutra dapat diproduksi menjadi kain sutra. Sedangkan kain sutra sendiri masih dapat diolah kembali menjadi berbagai produk kerajinan lainnya, misalnya batik, kain ikat celup, busana, dan syal. Bahan serat hewan dapat diproduksi menjadi berbagai bentuk kerajinan yang memiliki fungsi pakai dan fungsi hias dengan menggunakan teknik jahit, tenun, dan rajut. Di bawah ini adalah contoh produk dari serat hewan tersebut:
 Produk kerajinan dari;
a. rompi,
b. syal
(Sumber ref: Buku Seni) 
Share:

TEMPE

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporusRh. oryzaeRh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangankalsiumvitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti JermanJepang, dan Amerika SerikatIndonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennyasehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

Pembuatan[sunting | sunting sumber]

Tempe berbungkus daun pisang yang dijual di pasar tradisional Indonesia
Terdapat berbagai metode pembuatan tempe.[1][2] Namun, teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.[3]
Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelaimenyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.
Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.
Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis[4], asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-bakteri beracun.
Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia).[5][6] Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan.
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.
Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.

Sejarah dan perkembangan[sunting | sunting sumber]

Tempe sedang dibungkus

Asal usul[sunting | sunting sumber]

Tempe berwarna keputih-putihan akibat hifa kapang yang melekatkan biji-biji kedelai.
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia.[7] Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah MataramJawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.[6]
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.[8]
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda.[9] Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa.[10] Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkongubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus.[11] Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.[6]

Tempe di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Tempe goreng
Tempe bacem
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti taucokecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.[12]
Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar.[12] Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe.[13] Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah.[10]
Namun, nama 'tempe' pernah digunakan di daerah perkotaan Jawa, terutama Jawa tengah, untuk mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah. Istilah seperti 'mental tempe' atau 'kelas tempe' digunakan untuk merendahkan dengan arti bahwa hal yang dibicarakan bermutu rendah karena murah seperti tempe.[14] SoekarnoPresiden Indonesia pertama, sering memperingatkan rakyat Indonesia dengan mengatakan, "Jangan menjadi bangsa tempe."[13] Baru pada pertengahan 1960-an pandangan mengenai tempe ini mulai berubah.
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di Indonesia.[15] Plastik (polietilena) mulai menggantikan daun pisang untuk membungkus tempe, ragi berbasis tepung (diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Kopti[6]) mulai menggantikan laru tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu.
Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai "produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe".[16]

Tempe di luar Indonesia[sunting | sunting sumber]

Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda.[11] Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe.[9] Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia.
Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe.[13] Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.[17] Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat TiongkokIndiaTaiwanSri LankaKanadaAustraliaAmerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.[18]

Khasiat dan kandungan gizi[sunting | sunting sumber]

Tempe dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, misalnya tumis tempe dan buncis ini.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosisjantung koronerdiabetes melituskanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantunghipertensi, dan lain-lain.[12]
Komposisi gizi tempe baik kadar proteinlemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

Asam lemak[sunting | sunting sumber]

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.
Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Vitamin[sunting | sunting sumber]

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin ADE, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

Mineral[sunting | sunting sumber]

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besitembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besikalsiummagnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

Antioksidan[sunting | sunting sumber]

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzeinglisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasikedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.
Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.

Tempe bukan kedelai[sunting | sunting sumber]

Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan tempe berbahan dasar non-legum.[19]
Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro benguk (dari biji kara bengukMucuna pruriens L.D.C. var. utilis, [catatan:nama ilmiah kara benguk sama dengan kara wedus] berasal dari sekitar Waduk Kedungombo), tempe gude (dari kacang gudeCajanus cajan), tempe gembus (dari ampas tahu di Jawa; juga dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok dan Bali bagian timur), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta), tempe kacang kecipir (dari kecipirPsophocarpus tetragonolobus), tempe kara pedang (dari biji kara pedang Canavalia ensiformis), tempe lupin (dari lupinLupinus angustifolius), tempe kacang merah (dari kacang merahPhaseolus vulgaris), tempe kacang tunggak (dari kacang tunggakVigna unguiculata), tempe kara wedus (dari biji kara benguk Lablab purpures), tempe kara (dari kara kratokPhaseolus lunatus, banyak ditemukan di Amerika Utara), dan tempe menjes (dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang).
Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur (dari biji mungurEnterolobium samon), tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe jamur merang (dari jamur merang).

Catatan[sunting | sunting sumber]

1: Koji adalah nama makanan tersebut di dalam bahasa Jepang.
Share:

Follow Us

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

KERAJINAN LILIN

Kerajinan Lilin Lilin banyak digunakan sebagai alat penerangan sementara ketika listrik mengalami pemadaman. Lilin adalah sumber pen...

Buscar

KEWIRAUSAHAAN

Blog Archive

KEWIRAUSAHAAN

Ad Home

LightBlog

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

ad

WELCOME TEXT

Advertisement

PRODUK PENGOLAHAN

Popular Posts

LATEST POSTS

Blogger templates